Kamis, 17 April 2008

Parenting Kompak Bareng Orang Tua dan Mertua

Saat dinyatakan hamil oleh dokter saat itu, orang yang paling pertama kami hubungi adalah orang tua dan mertua kami. Surprisingly, para orang tua kami dua-duanya menyarankan untuk tinggal dulu bareng mereka saat anak kami lahir nanti. Alasannya karena mereka khawatir Saya belum fit benar untuk mengurus bayi setibanya dari Rumah Sakit.

Terus terang, penawaran itu sangat menggiurkan kami, apa lagi saat itu kami belum punya baby sitter atau pun pembantu.

Saat – saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Anak pertama kami lahir laki – laki, dan semuanya menyambut bahagia, kami akhirnya memutuskan untuk tinggal di Bandung, di rumah orang tua saya. Mertua saya yang tinggal di Solo pun, datang ke Bandung untuk tinggal sementara selama masa cuti saya habis. Hari – demi hari kami lalui, tanpa disadari konflik-konflik kecil seputar prinsip membesarkan anak mulai terasa. Saya sering sekali ngedumel karena tidak sefaham dengan perlakuan ibu saya dan mertua saya yang diberikan pada anak kami.

Saya dan suami awalnya sempat bingung menghadapi situasi yang terjadi. Segala cara kami lakukan untuk mencari tahu bagaimana cara memberitahu orang tua kami mengenai cara "parenting" kami dan mereka yang kadang bertentangan. Mulai dari membaca referensi majalah, tabloid, buku, sampai pada “curhat” antar ibu-ibu.

Usaha kami ternyata tidak sia-sia, pelan-pelan kami mencoba menyampaikannya dengan cara-cara yang tidak sampai menyakiti atau menyinggung perasaan orang tua kami. Beberapa cara yang kami lakukan dan lumayan berhasil, mungkin bisa menjadi inspirasi untuk para keluarga baru yang harus tinggal bersama orang tua atu mertua:

·  Kami membeli tabloid, majalah dan buku seputar parenting dan mengajak orang tua kami  turut membaca, mereka senang sekali membacanya apa lagi kalau ada cerita pengalaman  selebritis.

·  Suami ku selalu print artikel mengenai contoh kasus dan solusinya dari internet, dan  tidak lupa menunjukkannya pada orang tua kami.

·   Kami mengajak orang tua kami ke dokter anak bersama –sama. Di sana secara tidak langsung, dokter juga ikut memberi pengertian pada orang tua kami.

·  Saya suka mengajak orang tua untuk menghadiri bersama ke acara-acara seminar atau  talkshow mengenai parenting.

·  Mencari topik –topik do’s and Do’nt atau Fact and False dan alasannya. Soalnya sering kali  orang tua kita lebih mempercayai mitos tanpa tahu maksudnya.

 Sekarang, kami sangat senang sekali, bisa sepaham dalam membesarkan anak bersama orang  tua dan mertua. Yang paling membahagiakan, ibu dan mertua saya membagikan “penemuan  baru” dan pengalaman dalam membesarkan Anak sama sodara-sodara dan tetangga yang lain.

 Akhir cerita, untuk para ibu, ayah, orang tua dan mertua...Happy Parenting! J

Minggu, 17 Februari 2008

"Aku Sayang Adik"


Sejak 4 Januari 2008 lalu, rumah kami semakin ramai dengan hadirnya reia. Semua anggota keluarga menyambut bahagia atas kelahiran reia, termasuk jagoan kami 'el'. 
Aku sempet deg-degan membayangkan reaksi 'el' saat lihat adiknya, apalagi neneknya ketika el rewel selalu mengkaitkannya dengan alasan mau punya adik. Maklum, el masih dianggap terlalu kecil  untuk punya adik. Aku dan ardue sangat berhati - hati dalam memberikan perhatian kepada reia di depan el, kami enggak mau el merasa dinomor duakan karena ada adiknya. 
Sempat beberapa kali el cemburu karena aku dan ardue kedapetan terlalu sibuk sama reia, dan itu membuat el jadi manja dan marah - marah. Sesekali el meluncurkan jari telunjuknya kuat-kuat di kepala reia, atau melemparnya dengan guling, sampai sempat dia dengan santai meniduri perut reia. Fiuh...bener-bener bikin tegang. Awalnya kami sedikit kerepotan meghadapinya, pelan - pelan kami terus belajar mengatasinya. Beberapa hal yang berhasil kami lakukan, semoga bisa menjadi inspirasi buat siapa aja yang mau kasih adik sama si kakak yang masih kecil :) :
1. Memperkenalkan adiknya saat masih dalam kandungan, (sampai sekarang, el selalu bilang "baby" kalau lihat perut orang hamil")
2. Buat si Kakak untuk sayang sama adiknya dengan memintanya mencium atau mengelusnya, hal ini kami lakukan sejak reia dalam kandungan.
3. Tidak menunjukan terlalu banyak perhatian pada si adik di depan si kakak.
4. Selalu menyambut si kakak terlebih dahulu saat kami pulang ke rumah.
5. Sesering mungkin mengajak si kakak berkomunikasi dengan si adik
6. Menciptakan waktu menyusui si adik yang sangat menyenangkan buat si kakak, (saat reia mimi, el selalu aku ajak bernyanyi di sebelah reia).

Selasa, 01 Januari 2008

Selamat Datang 2008

Hampir 3 jam, tepatnya 2 jam 55 menit menikmati tahun 2008.
Masih menunggu kedatangan Reia (Calon Anakku) yang masih di dalam kandungan. Mudah - mudahan prediksi dr. Krisna benar, anakku akan terlahir cewek :) biar sepasang sama El.

Tahun 2008-ku penuh harapan dan cita - cita.
Kalau ditulis di sini, bisa-bisa gak tidur sampai siang nanti :).
Yang utama, harapan ku di 2008, bisa memberikan yang terbaik buat due, el dan reia.